Blakasuta Menjadi Nafas Baru Kolaborasi Guru Di Banjarnegara

Dari Kejujuran Lahir Perubahan, Dari Keterbukaan Tumbuh Inspirasi
Sebuah gerakan kolaboratif yang lahir dari ketulusan dan refleksi mendalam guru di pelosok Banjarnegara kini menjelma menjadi inspirasi pendidikan nasional. Melalui strategi inovatif bertajuk “Blakasuta” (Belajar Kolaboratif, Sinergi untuk Transformasi), komunitas guru di Kecamatan Karangkobar membuktikan bahwa semangat kebersamaan mampu menembus segala keterbatasan.
Gerakan ini diprakarsai oleh Difla Nurul Anisah, M.Pd., guru SD Negeri Gumelar, yang menggagas terbentuknya Komunitas Belajar Guru Muda Berkarya (GMB). Komunitas ini tumbuh sebagai wadah reflektif, kolaboratif, dan inspiratif bagi para pendidik dalam meningkatkan mutu pembelajaran berbasis kebutuhan murid.
Lahir dari Tantangan, Tumbuh dari Kepedulian
Berawal dari hasil observasi dan survei yang dilakukan pada September 2023 terhadap 33 guru di Kecamatan Karangkobar, ditemukan fakta mencengangkan: hanya 35% guru yang rutin mengikuti kegiatan kolaboratif, sementara 65% lainnya masih bekerja secara individual. Lebih lanjut, 93% guru mengaku belum memiliki struktur tim yang mampu menggerakkan kegiatan kolaboratif secara terarah dan berkelanjutan.
Melihat kondisi tersebut, Difla Nurul Anisah merasa terpanggil untuk menciptakan ruang belajar bersama yang dapat memulihkan semangat kolaborasi. “Guru tidak bisa berjalan sendiri. Kita perlu saling belajar, saling menguatkan, dan saling menginspirasi,” ujarnya.
Dukungan pun mengalir dari berbagai pihak. Koorwilcam Karangkobar memberikan pendampingan strategis, sementara Dinas Pendidikan, Kepemudaan dan Olahraga (Dindikpora) Kabupaten Banjarnegara hadir sebagai mitra penggerak yang memperkuat keberlanjutan program. Kolaborasi lintas lembaga ini menjadi pondasi kuat bagi lahirnya GMB sebagai komunitas belajar yang berdaya, mandiri, dan berdampak nyata.
Dari Diskusi Kecil Menuju Gerakan Besar
Langkah pertama dilakukan pada 25 September 2023 di SD Negeri 1 Slatri, tempat pertemuan perdana yang mempertemukan para guru dengan semangat dan kepedulian tinggi terhadap pendidikan. Dari forum terbuka itu lahirlah tujuh guru terpilih yang membentuk “Tim Kecil Penggerak GMB”, terdiri dari individu yang berkomitmen, berintegritas, dan siap menjadi teladan kolaboratif.
Tim kecil ini kemudian menyusun fondasi nilai-nilai komunitas yang dirangkum dalam strategi “Blakasuta”, singkatan dari Belajar Kolaboratif, Sinergi untuk Transformasi. Strategi ini bukan sekadar metode, melainkan filosofi yang menjiwai seluruh aktivitas GMB.
Melalui diskusi partisipatif, lahir lima nilai utama Blakasuta yang menjadi pedoman komunitas belajar, yakni:
- Terbuka,
- Kolaboratif,
- Menghargai,
- Mengapresiasi, dan
- Profesionalisme.
Kelima nilai ini kemudian dituangkan dalam “Piagam Komitmen Blakasuta”, ditandatangani oleh seluruh anggota sebagai simbol persatuan, tanggung jawab, dan tekad untuk berubah bersama.
Siklus Inkuiri: Belajar dari Praktik Nyata
Komunitas Belajar GMB tidak berhenti pada semangat saja. Mereka mengimplementasikan siklus belajar reflektif berbasis model inkuiri, yang mencakup empat tahap utama: Refleksi Awal, Perencanaan, Implementasi, serta Evaluasi dan Refleksi Bersama.
-
Tahap Refleksi Awal
Guru menganalisis kebutuhan belajar murid berdasarkan data asesmen, observasi, dan umpan balik. Dari refleksi ini, komunitas menentukan satu topik prioritas untuk diperbaiki bersama. -
Tahap Perencanaan
Seluruh anggota berkolaborasi menyusun rancangan pembelajaran. Proses ini difasilitasi oleh Tim Pembelajaran GMB, dengan melibatkan pengawas sekolah dan perwakilan Dindikpora Banjarnegara untuk memberikan penguatan konsep. -
Tahap Implementasi
Rancangan diuji coba melalui kelas model yang terbuka untuk observasi bersama. Proses ini direkam oleh Tim Dokumentasi GMB untuk kemudian dikaji kembali secara reflektif. -
Tahap Evaluasi dan Refleksi Bersama
Guru berbagi temuan dan pengalaman secara jujur dan terbuka menggunakan pendekatan nilai Blakasuta. Hasil refleksi disusun menjadi dokumen praktik baik dan diseminasi ke sekolah lain agar dampaknya semakin luas.
Dampak Nyata: Dari Karangkobar untuk Indonesia
Penerapan strategi Blakasuta terbukti membawa perubahan signifikan. Dalam waktu kurang dari satu tahun, tingkat partisipasi guru dalam kegiatan kolaboratif meningkat hingga 78%, disertai tumbuhnya empat komunitas baru yang meniru model GMB.
Guru yang sebelumnya pasif kini aktif berbagi praktik baik dan ide kreatif dalam forum refleksi. Sikap saling menghargai dan semangat profesionalisme tumbuh alami dari interaksi yang sehat.
Lebih dari itu, delapan sekolah anggota GMB mengalami peningkatan signifikan pada rapor pendidikan, dan bahkan memperoleh dana BOS Kinerja sebagai pengakuan atas mutu pembelajaran yang meningkat.
Apresiasi datang dari berbagai pihak. Kepala sekolah dan pengawas pembina menilai GMB sebagai teladan nyata pelaksanaan komunitas belajar yang hidup dan berdampak. Dindikpora Banjarnegara pun menyebut GMB sebagai role model pengembangan kolaborasi guru di wilayah lain.
Blakasuta: Ketulusan yang Menular
Keberhasilan GMB bukan semata karena program yang tersusun rapi, tetapi karena adanya kepemimpinan kolaboratif dan nilai-nilai kemanusiaan yang mengakar kuat. Difla Nurul Anisah menegaskan bahwa “kolaborasi sejati bukan tentang siapa yang paling hebat, melainkan siapa yang mau belajar dan tumbuh bersama.”
Strategi Blakasuta menegaskan bahwa perubahan tidak lahir dari paksaan, tetapi dari keterbukaan, kejujuran, dan kemauan untuk mendengar. Nilai-nilai itu menjadikan komunitas ini tidak sekadar wadah profesional, melainkan rumah belajar yang hangat bagi para guru di Karangkobar.
Menjadi Teladan Nasional
Kini, praktik baik “Blakasuta dalam Komunitas Belajar Guru Muda Berkarya” terus menyebar menjadi inspirasi di berbagai daerah. Model ini menunjukkan bahwa guru di pelosok pun mampu melahirkan inovasi besar bila diberi ruang kolaborasi yang sehat.
Perubahan budaya belajar tidak terjadi dalam semalam, namun GMB membuktikan bahwa dari kejujuran lahir perubahan, dan dari keterbukaan tumbuh inspirasi. Blakasuta bukan hanya strategi, melainkan gerakan moral pendidikan yang meneguhkan kembali hakikat guru sebagai pembelajar sepanjang hayat.